Sabtu, 21 Januari 2017

Tiga Negara, Tiga Mata Uang


Kamis sore, tepatnya 19 Januari 2017 adalah hari yang aku tunggu sejak akhir tahun lalu. Karena pada hari ini aku akan menambah sedikit sejarah dalam hidupku, berkunjung ke Pattani, Thailand.
Aku tidak sendiri, keberangkatanku ke negeri gajah ini tak lain karena ingin berkunjung ke rumah sahabatku, Naemah Waebueraheng.

Perjalanan ini sudah aku nantikan sejak dua tahun yang lalu. Setiap kali pulang, Naim (begitu ia kerap disapa) selalu mengajakku untuk turut serta. Tapi karena status mahasiswa yang masih membebaniku beabreg tanggung jawab membuatku belum bisa untuk pergi.

Pagi yang cerah aku awali dengan mendampingi model Azzura untuk sesi foto Ederra. Aku ingat betul, belum ada jam 11 tapi Naim sudah mengabariku dan bertanya ‘Sudah berangkat?’ sedikit bingung karena penerbangan dijadwalkan pukul 15.00. Singkat cerita ternyata terjadi miskomunikasi di antara kami, penerbangan ke Kuala Lumpur dijadwalkan dari Bandara Adisumarmo, Solo, bukan Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Aku benar benar tidak ingat kalau Naim pernah memberitahuku bahwa penerbangan dari Solo, begitupun ia yang lupa mengirimiku e-tiket penerbangan kami. Alhasil, gradak gruduk aku pulang dan bersiap. Alhamdulillah tidak ada kendala, perjalanan ke Solo sangat lancar dan aku sampai tepat waktu. Terima kasih Lek Adung, Bulek Inung dan Nizam yang sudah berkenan mengantarku sejauh ini. Sebelum berangkat aku menyempatkan diri mampir ke Money Changer untuk menukar uang rupiah dengan uang bath (mata uang Thailand), tapi karena kehabisan stok, aku cuma dapat sekitar 400 bath. Kurs nya 1 bath setara dengan 395 rupiah.
Kenapa ke Kuala Lumpur? Karena belum ada penerbangan langsung ke Thailand.

Maskapai Air Asia yang mengantarkan kami mengingatkanku pada perjalanan di awal tahun 2015 lalu, pengalaman yang sangat menyenangkan dan tak terlupakan yakni kunjunganku bersama teman teman kuliah ke UMP (Universiti Malaysia Pahang). Saat itu kami mengikuti Mobility Program selama dua minggu, pelajaran baru, pengalam baru dan tentunya teman baru.

Sesampainya di KLIA2 (Bandara Internasional Kuala Lumpur), tujuan pertama kami adalah Money Changer. Uang bath yang aku dapat di Indonesia aku tukarkan dengan uang ringgit. 1000 bath setara dengan 115 RM (Ringgit Malaysia). Setelah itu kami langsung bergegas naik bus dari bandara ke TBS (Terminal Bersepadu Selatan) dengan biaya 11 RM. Sesampainya di TBS, kami menyempatkan makan malam. Menu yang aku pilih adalah nasi goreng seafood dengan es milo (andalanku kalau di Malaysia). Nasi goreng 7.5 RM dan es milo 3.5 RM, belum termasuk pajak. Pemesanan tiket bus ‘Suasana Edaran’ menuju Hatyai membutuhkan biaya sebesar 55 RM. Delay satu jam tak membuat semangat kami redup. Perjalanan ke Hatyai membutuhkan waktu sekitar 8 jam, jadi kami menghabiskan waktu semalaman di dalam bus. Naik turun mondar mandir di imigrasi untuk menunjukkan paspor (saat itu, aku benar benar merasa seperti seorang TKW). Aku tidak ingat berapa kali aku menceritakan alasanku ke Thailand karena semua petugas perjalanan yang aku temui pasti menanyakan alasan kepergianku yang genap hampir sebulan lamanya itu. Alhamdulillah di dalam bus ada fasilitas listrik dan wifi, jadi aku bisa mengabari orang rumah (keluarga maksudnya) tentang keadaan dan perjalananku.
Matahari sudah menunjukkan sinarnya, aku mulai tersenyum, yaa karena aku mulai tidak paham dengan tulisan keriting yang terpampang di sepanjang jalan. Assalamu’alaykum Thailand.
Dari terminal bus Hatyai, kami harus menaiki taxi menuju Yala. Perjalanan hampir 2 jam ini menghabiskan biaya 50 bath (ciyee sudah pakai uang bath). Dari Yala, barulah kami menaiki bus antar kota yang akan mengantarkan kami langsung ke tujuan. 20 bath untuk perjalanan 15 menit ini.
Sesampainya di rumah, mama (Ibunda Naemah) sudah menunggu kami dengan hidangan yang sangat menggugah selera. Tomyam, daging ayam tumis (aku lupa namanya), telur dadar ala Thailand, timun dan sambal terasi (disini apa namanya yaa, aku gak bisa ingat).
Selesai makan, bongkar muatan, keluarlah semua oleh oleh. Mulai dari bakpia, yangko, batik, sampai mi instan. Hujan yang seharian mengguyur Thailand membuat kami tidak bisa pergi kemanapun sore ini. Allah tau, kami butuh istirahat :)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar