Selasa, 24 Januari 2017

Ketika Langit Memeluk


Hari ini, aku memulai hariku dengan kesalahan yang sama. Kesalahan besar yang sama. Namun aku memperbaiki hari ini semampu yang aku bisa, hingga aku dapati rasa khusyuk yang sepertinya belum pernah aku rasakan sebelumnya. Ketika sang waktu memanggil, aku pun hadir bersama segenap harapanku. Aku meminta, aku memohon. Apakah aku serakah dengan keinginan yang begitu banyak ini? Hingga tanpa aku sadari, aku menitikan air mata.
Astaghfirullah.. Astaghfirullah.. Astaghfirullah..

Hanya kalimat itu yang mendampingi isakku. Dalam dekap tangan yang menengadah ke langit, aku seperti diperlihatkan semua yang telah aku lalui empat tahun silam. Kelam, suram, aku hina berlumur dosa. Bahkan aku malu untuk mengingatnya, mengakuinya. Hanya ridho dan ampunan Allah yang aku harapkan.

Waktu terus bergulir, kulihat rintik air yang semakin deras berjatuhan dari langit. Seketika itupun adzan berkumandang. Tenang, kudengar dan kujawab seruan ilahi.
Sepasang tangan ini kembali menengadah. Aku terngiang pada hadits Rasulullah SAW
 “Dua doa yang tidak akan ditolak: doa ketika adzan dan doa ketika hujan turun.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi; no. 3078)
Lalu kudapati diriku berada pada keduanya. Dengan lirih aku kembali meminta, hingga tak kuasa aku menahan linang air mata ini membasahi wajahku. Hanya harap yang aku panjatkan, untuk pengampunanku, keluargaku, dan masa depanku.

Jika suatu hari nanti Allah SWT mengabulkan pintaku, maka aku akan mengingat hari ini. Hari dimana Dia yang Maha Penyayang masih memberikan ribuan kesempatan untuk hamba yang payah ini.
Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin.


Pattani, Thailand, 24 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar