Hari ini, aku
memulai hariku dengan kesalahan yang sama. Kesalahan besar yang sama.
Namun aku memperbaiki hari ini semampu yang aku bisa, hingga aku
dapati rasa khusyuk yang sepertinya belum pernah aku rasakan
sebelumnya. Ketika sang waktu memanggil, aku pun hadir bersama
segenap harapanku. Aku meminta, aku memohon. Apakah aku serakah
dengan keinginan yang begitu banyak ini? Hingga tanpa aku sadari, aku
menitikan air mata.
Astaghfirullah..
Astaghfirullah.. Astaghfirullah..
Hanya kalimat itu
yang mendampingi isakku. Dalam dekap tangan yang menengadah ke
langit, aku seperti diperlihatkan semua yang telah aku lalui empat
tahun silam. Kelam, suram, aku hina berlumur dosa. Bahkan aku malu
untuk mengingatnya, mengakuinya. Hanya ridho dan ampunan Allah yang
aku harapkan.
Waktu terus
bergulir, kulihat rintik air yang semakin deras berjatuhan dari
langit. Seketika itupun adzan berkumandang. Tenang, kudengar dan
kujawab seruan ilahi.
Sepasang tangan ini
kembali menengadah. Aku terngiang pada hadits Rasulullah SAW
“Dua doa yang tidak akan ditolak: doa ketika adzan dan doa ketika hujan turun.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi; no. 3078)Lalu kudapati diriku berada pada keduanya. Dengan lirih aku kembali meminta, hingga tak kuasa aku menahan linang air mata ini membasahi wajahku. Hanya harap yang aku panjatkan, untuk pengampunanku, keluargaku, dan masa depanku.
Jika suatu hari
nanti Allah SWT mengabulkan pintaku, maka aku akan mengingat hari
ini. Hari dimana Dia yang Maha Penyayang masih memberikan ribuan
kesempatan untuk hamba yang payah ini.
Alhamdulillahirobbil
‘aalamiin.
Pattani,
Thailand, 24 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar